Wahai sayang…
Tahukah engkau bedanya Iblis dan orang yang mencintai?
Maafkanlah diriku bila pertanyaan ini terlalu rumit untuk kau jawab dan begitu merepotkanmu. Namun aku juga tahu, bila aku bersikeras, maka aku tetap akan mendapatkan satu jawaban dari dirimu, meskipun aku juga tahu bahwa kau sebenarnya hanya tak tega membiarkan diriku yang menanti jawaban. Maka, tolong dengarkanlah penjelasanku ini.
Iblis, satu mahluk yang telah dikutuk oleh tuhan untuk menjadi pengganggu hidup manusia sejak hari dimana ia tak mau menyembah Adam AS hingga kiamat nanti. Iblis sejak hari itu telah menjelma menjadi musuh bagi umat manusia. Musuh yang nyata, yang harus kita perangi dengan berbagai cara. Bila kita mendengarkan cerita tentang iblis, tentu kebanyakan dari kita hanya akan mengetahui tentang pembangkangannya saja, bukan? Namun ketahuilah, wahai sayang, terdapat pelajaran lain di dalamnya. Sebuah pelajaran yang mengajarkan kita untuk menjadi seseorang yang lebih besar, yang lebih pengasih, tanpa pamrih.
Ketika iblis diperintah oleh Allah SWT untuk bersujud dan menyembah Adam AS, iblis dengan begitu yakin tak mau menyembahnya. Ia mempunyai alasannya sendiri. Para malaikat-pun begitu terheran melihat tingkah laku iblis yang begitu membangkang, menentang langsung perintah Allah SWT. Iblis dengan lantang berujar, “Aku ini lebih baik darinya. Aku telah Engkau ciptakan dari api, sedangkan dia hanya Engkau ciptakan dari tanah lumpur. Sungguh, aku tak ingin menyembahnya. Aku tak ingin menyembah apapun selain Engkau ya Allah”. Tidakkah kita menyadarinya? Bahwa, iblis merupakan mahluk tuhan yang ketauhidan-nya begitu tinggi. Dia tak ingin menyembah apapun atau siapapun kecuali Allah SWT sang pencipta. Iblis tahu akan hakikat tauhid. Hanya Allah yang patut disembah, dan hanya Dialah satu-satunya tuhan kita. Laa ilaa hailallah.
Namun disitulah kesalahan iblis. Dia termakan ego. Dia selalu berbicara tentang “aku”, hanya tentang dirinya sendiri. Lalu, apa hubunganya dengan orang yang mencintai sesuatu atau orang selain dirinya? Sayang, kau harus tahu bahwa kita tak boleh seperti iblis. Iblis telah melalaikan satu aspek paling penting dalam kehidupan. Cinta, sesuatu yang sulit dijelaskan namun bisa dirasakan. Sebuah perasaan yang begitu dahsyat, yang menenggelamkan seseorang dalam satu dimensi rasa yang begitu kuat. Cinta menyelamatkan kita, dari kesendirian, heningnya kesepian, perihnya kehidupan, dan keegoisan yang merajalela. “Disitulah salahmu, blis!”. Kau selalu berbicara tentang dirimu. Ketahuilah, bila seseorang telah mencintai sesuatu selain dirinya, maka hidupnya bukan lagi hanya tentang dirinya. Ia telah membagi setengah atau bahkan seluruh hidupnya untuk sesuatu yang ia cinta. Iblis tak merasakan itu, iblis tak mencintai tuhannya, dan iapun membangkang, ia masih begitu pamrih, Ia tak mengikuti kehendak tuhannya. Begitulah bedanya, sayang.
Dengarkanlah.
Aku adalah laki-laki yang telah menetapkan hati pada satu pilihan. Dan engkau tahu apa maksudnya? Wahai sayang, orang yang kucintai, apa yang telah kusampaikan kepadamu adalah satu permintaan yang begitu mendasar, berasal jauh di dalam hati ini, yang entah sampai dimana batasnya. Laki-laki, bilamana telah menetapkan hatinya pada seorang perempuan, maka perempuan itu harus menjadi miliknya sendiri. Ia tidak ingin ada laki-laki atau bahkan orang lain yang ikut mencintainya pula. Dan aku telah memilih dirimu, dengan segenap perasaan yang ternyata telah tersimpan jauh di dalam hati ini, entah sejak kapan. Keras dan lembutnya suaramu, buruk dan baiknya perangaimu, kasar dan lembutnya sikapmu, biarlah diriku saja yang tahu. Bila seseorang telah mencintai, maka sulit atau mudahpun takkan menjadi masalah baginya. Semua tentang dirimu, biar aku saja yang tahu, sayang. Bila orang lain mengetahui lembutnya suaramu, kebaikan-kebaikan yang ada di dalam dirimu, atau mungkin lembutnya sikapmu, maka bertambah besarlah rasa cemburu di hatiku.
Maafkan diriku ini, sayang. Maafkanlah segala sikap atau segala sifatku yang begitu merepotkan dirimu, hingga engkau harus menyesuaikan diri. Aku tak ingin engkau menjadi susah karena diriku, biar aku saja, engkau jangan. Engkau begitu kucintai, dan sejak hari itu, hidupku juga hidupmu, cita-citamu, juga cita-citaku, hidupku tak lagi hanya tentang diriku, namun juga tentang dirimu atau mungkin semuanya kini tentang dirimu.
Maukah engkau aku bercerita sedikit lebih jauh lagi?
Sekali lagi tolong maafkanlah. Aku ingin engkau juga tahu tentang diriku, bongkar saja riwayat hidupku, biar engkau tahu aku, biar engkau tak salah menerima diriku.
Cinta itu tak bisa dicari. Cinta itu sifatnya datang, dia datang dalam bentuk anugerah yang diturunkan tuhan dari langit, lalu menebarkannya di muka bumi, memasukkannya kedalam hati segenap mahluk-Nya. Ketika itu, namun entah kapan, cinta itu dimasukkan-Nya ke dalam hatiku. Menyentuh dan menguasai hatiku, hingga ragaku ini menjadi tak karuan. Pikiranku, perhatianku, isi hatiku, tentang dirimu. Semuanya bersepakat di dalam diriku ini, lalu kemudian memberikanku satu dorongan kuat untuk menuju dirimu. Hingga akhirnya aku datang kepadamu, aku yang sebelumnya dengan tak tahu diri bertanya kepadamu, tentang suatu perkara yang kupikir akan sangat merepotkanmu, lagi dan lagi. Begitulah ternyata cinta, ia datang menyusupkan kebahagiaan yang telah tuhan titipkan melaluinya. Agar setiap mahluk di muka bumi ini saling mencintai, saling menjaga, saling menghormati, saling menyayangi. Sebagaimana aku dan dirimu hari ini, aku sangat menyayangimu.
Kala itu, aku sempat tak ingin mendengar jawabanmu. Aku tahu, aku telah menyatakan sebuah pernyataan besar, baik bagi diriku maupun untuk dirimu. Aku tak mengharapkan sesuatu yang lebih. Namun aku tetap butuh jawaban dari dirimu, secara langsung dan tanpa perantara. Agar aku tahu, bila engkau menerimaku, maka terimalah aku dengan sebaik-baiknya. Andaikata engkau malah menolakku, maka tolaklah aku dengan sebaik-baiknya pula. Bila telah keluar jawaban itu, maka aku akan memutuskan, mencintaimu dengan seluruh jiwa dan raga, atau melupakanmu untuk selamanya.
Pada akhirnya, itulah dirimu. Tuhan sungguh baik, engkau juga begitu baik, menyisakan diriku yang sungguh terharu. Saat itu pula, engkau memberikan jawaban. Engkau menerimaku dengan sepenuh hati. Tak ada lagi kata yang sanggup aku ucapkan. Cerita ini berakhir di sini. Aku begitu bersyukur memiliki dirimu. Terima kasih tuhan, engkau begitu baik. Terima kasih sayang, memang engkaulah yang pantas untuk kucinta. Engkaulah tempatku mencurahkan cinta ini, cinta yang tak dapat kubendung sendiri, hingga harus kubagi. Kepada siapa lagi aku harus membagi? Bila bukan kepada dirimu.
Engkau yang sejak hari itu namun entah kapan, telah aku cintai.
Janganlah engkau pergi dari diriku, janganlah engkau lari dari diriku, dan janganlah engkau menyiksa diriku dengan cinta ini.
Aku sungguh mencintaimu.
Aku sangat menyayangimu.
Wahai sayang, Rizki Dui Angga Rini.
Komentar
Posting Komentar